KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan modul mengenai “Klasifikasi Bahan Bangunan”.
Tidak
lupa kami berterima kasih kepada Ibu Sri Handayani selaku dosen
pengampu yang telah memberikan bimbingan kepada saya dalam melancarkan
penyusunan sampai penulisan modul ini dengan sebaik mungkin.
Modul
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media
Pembelajaran yang diharapkan mampu membantu kami dalam memperdalam ilmu
tentang klasifikasi bahan bangunan. Selain itu, modul ini diharapkan
dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi pembaca agar mempunyai
kreativitas yang tinggi.
Saya
menyadari bahwa penyusunan modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang
membangun perbaikan modul ini sangat
saya harapkan dari pembaca, guna untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembuatan makalah atau tugas yang lainnya pada waktu mendatang.
Bandung, 29 Juli 2013
Penulis
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul
ini berisi mengenai klasifikasi bahan bangunan yang memiliki tiga sub
pembahasan dianntaranya adalah pembahasan mengenai kayu, beton, dan
baja. Pada masing – masing sub bab sudah memiliki indikator
pembelajaran. Modul ini juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang
akan memudahkan siswa untuk mengetahui jenis – jenis klasifikasi bahan
bangunan. Di samping itu, modul ini juga terdapat tugas dan tes formatif
yang harus dikerjakan oleh setiap siswa sebagai kelulusan mata
pelajaran “ Ilmu Bahan Bangunan” dan juga disertai kunci jawaban pada
bagian akhir modul.
B. Prasayarat
Modul
ini merupakan kelanjtan sub bab pembelajaran jenis – jenis bahan
bangunan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar sudah ditetapkan dan
juga indikatornya. Modul ini dapat digunakan setelah lulus pada sub bab
sebelumnya yang membahas jenis – jenis bahan bangunan. Keterkaitan pada
sub bab sebelumnya untuk memudahkan siswa dalam memahami dengan jelas
perbedaaan jenis – jenis bahan bangunan dan klasifikasi bangunan.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Petunjuk
penggunaan modul ini, memuat penjelasan tentang langkah – langkah yang
akan ditempuh dalam pembelajaran, sebagai berikut :
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
MATERI PEMBELAJARAN
|
KEGIATAN PEMBELAJARAN
| |
1. Mendiskripsikan bahan bangunan kayu
|
§ Golongan kayu
|
§ Jenis-jenis bahan bangunan kayu
|
§ Memahami jenis-jenis bahan bangunan kayu
| |
§ Sifat-sifat kayu
|
§ Memahami sifat-sifat kayu
| |||
2. Mendiskripsikan bahan bangunan batu dan beton
|
§ Jenis-jenis agregat
|
§ Jenis-jenis bahan bangunan dari batu alam
|
§ Memahami jenis-jenis bahan bangunan dari batu alam
| |
§ Jenis –jenis bahan pengikat hidrolis
|
§ Bahan pengikat hidrolis
|
§ Memahami bahan pengikat hidrolis
| ||
§ Pemeriksaaan bahan bangunan batu dan beton
|
| |||
3. Mendiskripsikan bahan bangunan baja
|
§ Pengertian baja bangunan
|
§ Bahan bangunan dari baja
|
§ Memahami pengertian baja bangunan
| |
§ Macam-macam baja bangunan
|
§ Menjelaskan macam-macam baja bangunan
| |||
§ Perawatan bangunan baja
|
§ Menjelaskan perawatan bangunan baja
|
D. Tujuan Akhir
Siswa
mampu membedakan jenis – jenis bahan bangunan dan klasifikasi bahan
bangunan. Selain itu, siswa juga diharap mampu untuk langsung observasi
ke lapangan untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pengaplikasian
klasifikasi dan jenis – jenis bahan bangunan pada bangunan.
E . Cek Kemampuan Awal
Sebelum
mempelajari tentang masing – masing klasifikasi bahan bangunan dan
penjelasannya, siswa diharapkan untuk menjawab tes berikut ini.
1. Apa perbedaan jenis – jenis bahan bangunan dan klasifikasi bahan bangunan ?
2. Apa yang Anda ketahui tentang kayu?
3. Apa yang Anda keyahui tentang beton ?
4. Apa yang Anda ketahui tentang baja ?
|
KEGIATAN BELAJAR I
KAYU
· Memahami sifat - sifat kayu
· Memahami jenis – jenis bahan bangunan kayu
|
Kayu
Kayu merupakan bahan konstruksi bangunan dipakai sejak dahulu kala dikarenakan mudah
didapat
di mana – mana dan mudah pegerjaannya. Di samping itu yang
menguntungkan daya tahan vibrasi suara dan tahan terhadap bahan kimia.
Yang kurang dalam penggunaan dengan bahan kayu adalah dapat diserang
serangga dan lama – kelamaan dapat lapuk karena jamuran. Untuk
menanggulanginya dengan diawetkan menggunakan bahan kimia. Kayu seperti
yang sudah dijelaskan di atas adalah bahan bangunan yang mudah
didapatkan. Di Indonesia banyak sekali jenis pohon, kurang lebih tiga
ribu jenis, tetapi ± 150 pohon yang diselidiki oleh LPPK. Jenis – jenis
kayu tersebut bukan hanya daat dipakai untuk bahan konstruksi bangunan
saja, tetapi juga dapat diaplikasikan pada dsain interior.Berikut ini
ada beberapa jenis kayu yang dapat digunakan pada konstruksi bangunan
seperti, Kayu jati, Koromandel, Bedaru, Ulin, Tempinis, Lara, dsb. Jenis
– jenis kayu ini dapat diaplikasikan untuk konstruksi rangka kuda –
kuda, tiang pondasi, gelagar – gelagar, -tiang – tiang rumah, lantai
kayu, sirap, perabotan – perabotan rumah tangga, dan lainnya.
1. Sifat – Sifat Kayu
1.1. Sifat Kayu dan Pertumbuhannya
Bagian-bagian pohon :
1. Bagian akar berfungsi :
a. Untuk mengisap air yang mengandung mineral dari tanah ke bagian - bagian pohon yang lain.
b. Untuk menegakkan tanaman pada tempat tumbuhnya sehingga pohon cukup kuat berdiri dan tumbuh serta menahan angin.
2. Bagian batang pokok
Bagian
pohon yang dimulai dari pangkal akar sampai ke bagian bebas cabang.
Berfungsi untuk melindungi pertumbuhan sel - sel pembentuk pohon,
sebagai tempat tumbuhnya cabang, daun dan ranting, sebagai lalu lintas makanan dari akar ke daun serta karbohidrat yang dibentuk daun ke bawah.
3. Bagian Tajuk
Merupakan bagian pemrosesan pertumbuhan yang ditutupi oleh daun yang mengandung clorophil. Proses sintesa yang dibantu oleh sinar matahari memisahkan karbondioksida yang diserap dari udara diubah menjadi zat gula dan karbohidrat lainnya ( dengan melepas oksigen ) untuk membentuk sel-sel baru bagi pertumbuhannya.
1.2. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Kayu
Semua kayu memiliki sifat fisik, mekanik dan sifat kimia yang berbeda antara satu dengan yang lain. Secara umum kayu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Semua pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
b. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa, hemisellulosa (unsur karbohidrat) dan lignin (non karbohidrat).
c. Semua kayu memiliki sifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial).
d. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
e. Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu dan dapat terbakar.
1.2.1. Sifat Fisik Kayu
Adapun sifat-sifat Fisik Kayu, yaitu :
a. Berat Jenis
Kayu
memiliki berat jenis yang berbeda-beda, antara 0,2 (kayu balsa) sampai
1,28 (kayu nani). Berat jenis merupkan petunjuk untuk menentukan
sifat-sifat kayu. Makin berat kayu itu, kekuatan kayu makin besar. Makin ringan kayu itu, kekuatannya juga makin kecil. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori.
b. Keawetan alami kayu.
Keawetan alami kayu berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keawetan kayu disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak kayu.
c. Warna kayu.
Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh : tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara.
d. Higroskopik
yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara sekitar, kayu juga semakin lembab. Masuknya air ke dalam kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini berhubungan dengan sifat mengembang dan menyusut kayu.
e. Tekstur kayu, yaitu ukuran relatif dari sel-sel kayu. Menurut teksturnya, kayu dibedakan menjadi :
o Kayu bertekstur halus, contohnya kayu giam, lara, kulim, dll.
o Kayu bertekstur sedang, contohnya kayu jati, sonokeling, dll.
o Kayu bertekstur kasar, contohnya kayu kempas, meranti, dll.
f. Berat kayu.
Berat
suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun,
rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air dan zat ekstraktif.
Berat suatu kayu tergantung dari berat jenisnya.
g. Kekerasan.
Kekerasan kayu berhubungan dengan berat dan berat jenis kayu. Contoh kayu yang sangat keras : balau, giam, kayu besi, dll. Kayu keras, yaitu kulim, pilang, dll. Kayu sedang, yaitu : mahoni, meranti, dll. Kayu lunak, yaitu : pinus, balsa, dll.
h. Kepadatan/kerapatan kayu
yaitu perbandingan antara berat kering oven dengan isi (volume) dari sepotong kayu. Kepadatan kayu mempengaruhi kekuatan kayu. Kepadatan kayu tergantung dari banyaknya dinding sel pada tiap satuan isi. Makin banyak selnya, dinding selnya banyak sehingga kepadatannya tinggi maka kekuatannya juga tinggi. Contoh : kayu gubal, susunan selnya masih renggang sehingga kekuatannya lebih rendah dibandingkan kayu teras.
i. Sifat mengembang dan menyusut.
Kayu
akan mengembang bila kadar airnya naik dan menyusut bila kadar airnya
berkurang. Besarnya pengembangan dan penyusutan tidak sama pada semua
arah. Rata-rata besarnya pengembangan dan penyusutan pada arah tangensial : 4-14%, arah radial : 2 – 8 %, arah axial : 0,1 – 0,2 %.
1.2.2. Sifat Mekanik Kayu
Sifat
mekanik kayu yaitu kemampuan kayu untuk menahan beban yang berasal dari
luar. Yang mempengaruhi sifat mekanik kayu yaitu :
a. Faktor luar, terdiri dari pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur dan serangga perusak kayu.
b. Faktor internal, terdiri dari : berat jenis kayu, kadar air, cacat mata kayu dn penyimpangan arah serat kayu.
Sifat mekanik kayu meliputi :
a. Kuat tarik, yaitu kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kuat tarik kayu sejajar serat lebih besar dibandingkan kuat tarik tegak lurus serat.
b.
Kuat tekan, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban tekan. Kuat tekan
sejajar serat biasanya lebih besar dari kuat tekan tegak lurus serat.
c.
Kuat geser, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban geser. Kuat geser
sejajar serat biasanya lebih kecil dari kuat geser tegak lurus serat.
d. Kuat Lentur, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban lentur.
e. Kuat belah, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban yang berusaha membelah kayu.
2. Jenis – Jenis Bahan Bangunan Kayu
2.1. Jenis dan Klasifikasi Kayu
Jenis kayu yang digunakan untuk konstruksi bangunan didasarkan atas sifat kayu itu sendiri yang berhubungan dengan pemakaiannya. Berdasarkan pemakaiannya kayu digolongkan menjadi :
a. Kayu dengan tingkat pemakaian I dan II, jenis kayu yang dipakai untuk konstruksi berat, yang selalu terkena pengaruh tanah lembab, terpengaruh basah kering (hujan dan matahari).
b. Tingkat pemakaian III, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
c. Tingkat pemakaian IV, kayu yang digunakan untuk konstruksi ringan yang terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
d. Tingkat pemakaian V, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang tidak permanen (bangunan sementara).
Berdasarkan tingkat keawetannya (tahan lama), kayu dibedakan menjadi :
Keterangan :
a. Selalu terkena tanah dan lembab
b. Hanya terpengaruh oleh hujan , matahari dan terlindung air
c. Berada di bawah atap (terlindung) tidak terkena tanah lembab.
Jenis kayu berdasarkan kekuatannya dibedakan menjadi :
2.2. Kayu Buatan
Kayu buatan adalah kayu yang bentuk dan sifatnya tidak seperti kayu yang berasal dari alam, tetapi sudah diolah di pabrik baik secara manual maupun dengan mesin. Kayu buatan terdiri dari kayu lapis (plywood), papan partikel, papan kayu semen dan papan serat (fibre board).
a. Kayu Lapis (plywood)
Kayu lapis merupakan panel (papan) yang terbuat dari lembaran-lembaran kayu (lapisan vineer) yang direkatkan menyatu sampai mencapai ketebalan tertentu. Cara pembuatan kayu lapis, terdiri dari :
· Pembuatan
vineer, pembuatan vineer dilakukan dengan cara mengupas balok kayu
dengan mesin dengan ketebalan 1/7 – 1/20 inchi. Vineer yang sudah dikupas dikeringkan dengan coveyor drier sampai mencapai kadar air 12 % – 15 %. Vineer yang sudah dikeringkan dipotong sesuai dengan ukuran kayu lapis yang akan dibuat.
· Pemberian
perekat. Pemberian perekat pada lembaran vineer dilakukan dengan
menggunakan alat berbentuk rol. Perekat yang digunakan biasanya perekat
urea formaldehida, casein dan phenol formaldehida. Biasanya tiap 1 kg
perekat dapat melumasi permukaan vineer 5 m2 – 6 m2.
· Penyusunan
vineer. Lembaran vineer yang sudah diberi perekat kemudian disusun
saling silang menyilang dan disusun dengan jumlah ganjil. Tujuannya adalah agar didapatkan kayu lapis yang memiliki sifat jauh lebih baik dari kayu aslinya, seperti tahan susut, tidak mudah pecah dan memiliki kuat tarik tinggi. Penyusunan vineer membutuhkan waktu ± 15 menit.
· Pengepresan. Lembaran vineer yang sudah disusun kemudian dipres dengan menggunakan mesin pres panas dengan tekanan 7 – 14 kg/cm2 pada suhu 150ºC.
· Finishing. Kayu lapis yang sudah dipres dan didinginkan, dipotong sisi-sisinya sesuai dengan ukuran di perdagangan.
b. Papan Kayu Semen (Yumen)
Papan buatan yang terbuat dari serutan/limbah kayu dicampur dengan semen kemudian dicetak dan dipres dingin. Sebelum kayu digunakan, kadar pati dalam kayu dihilangkan terlebih dahulu karena akan menghambat pengikatan semen, dilakukan dengan cara merendam kayu dalam larutan kapur. Kelebihan yumen ini adalah tahan api/tidak mudah
terbakar, mudah dipaku dan dibentuk, memiliki daya sekat panas dan
suara yang baik. Yumen ini biasanya dibuat dengan ketebalan 15 mm –100
mm dengan lebar 500 mm dan panjang 2000 mm. Adapun standar Yume menurut standar Jerman (DIN 1101) adalah sebagai berikut :
· Memiliki berat antara 8,5 – 36 kg/cm2.
· Berat Isi 360 kg/m3 sampai dengan 570 kg/m3.
· Kuat lentur minimum 17 kg/cm2
· Untuk ketebalan di atas 25 mm, bila diberi tekanan 3 kg/cm2 pengurangan tebalnya maksimum 20 %.
· Memiliki daya sekat panas maksimum 0,08 k cal/m.h.ºC.
c. Papan Partikel
Papan yang terbuat dari partikel kayu dan perekat yang biasanya berupa perekat urea formaldehida atau phenol formaldehida, kemudian dipres panas. Papan partikel ini memiliki
sifat mudah terbakar, kuat lentur cukup tinggi, kekuatannya seragam,
mudah digergaji dan dipaku, permukaannya licin dan keras. Bila perekat
yang digunakan tidak tahan
terhadap pengaruh air maka papan partikel yang dihasilkan pengembangan
tebalnya tinggi dan daya serap airnya juga tinggi. Oleh karena itu
sebaiknya papan ini digunakan di tempat-tempat terlindung. Ketebalan partikel antara 9 mm – 40 mm dengan lebar 1200 mm dan panjang 2400 mm.
d. Papan serat (fibre board)
Papan
serat terbuat dari serat kayu (bubur kayu) yang dicampur perekat urea
formaldehida atau phenol formaldehida kemudian dipres panas. Jenis papan
serat terdiri dari soft board, digunakan sebagai peredam suara dan hardboard. Biasanya diproduksi dengan ketebalan 3 mm – 6 mm.
RANGKUMAN
1. Sifat – sifat kayu ada dua macam yaitu: sifat fisik dan mekanik
2. Sifat
fisik terdiri dari : berat jenis, keawetan alami kayu, warna kayu,
higroskopik, tekstur, berat kayu, kekerasan, kepadatan/kerapatan kayu,
sifat mengembang dan menyusut.
3. Sifat mekanik kayu terdiri dari : kuat tarik, kuat tekan, kuat geser, kuat lentur dan kuat belah.
4. Klasifikasi kayu dimulai dari tingkat I sampai tingkat V dengan berbagai kelebihan serta kekurangannya.
5. Kayu buatan terdiri dari : kayu lapis (plywood), papan kayu semen (yumen), papan partikel, dan papan serat (fibre wood).
|
TUGAS
Cari beberapa jenis kayu lainnya yang dapat diaplikasikan pada bahan bangunan. Buat makalahnya!
TES FORMATIF
1. Jelaskan spesifikasi dari tiap – tiap sifat kayu!
2. Pada
jenis – jenis kayu terdapat beberapa tingkatan yang masing – masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Coba jelaskan beberapa bahan bangunan
yang menggunakan kayu denganpemilihan tingkatan yang pas !
3. Mengapa adanya kayu buatan untuk bahan bangunan?
KEGIATAN BELAJAR II
BETON
· Memahami jenis – jenis bahan bangunan dari batu alam atau agregat
· Memahami bahan pengikat hidrolis
|
1. Beton
Beton adalah campuran antara semen atau Portland Cement
(PC), pasir dan kerikil ditambah air secukupnya sehingga menjadi satu
kesatuan yang kuat, terutama terhadap tekan. Beton memiliki kelebihan
pada kekuatannya yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
struktur. Mudah dibentuk menggunakan bekisting. Tahan terhadap
temperatur tinggi jadi aman jika terjadi kebakaran. Biaya pemeliharaan
rendah. Lebih murah daripada baja dan lainnya.
2. Agregat
Agregat
adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70 %
dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan. Agregat terdiri dari tiga macam yaitu :
2.1. Berdasarkan asalnya
a. Agregat alam
Agregat
yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya. Jenis
batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal dan
tidak pipih. Agregat alam terdiri dari : (1) kerikil dan pasir alam,
agregat yang berasal dari penghancuran
oleh alam dari batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai
atau di daratan. Agregat beton alami berasal dari pelapukan atau
disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun
metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu, jika digunakan untuk beton harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. (2) Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.
b. Agregat Buatan
Agregat
yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) dikarenakan
kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah :
Klinker dan breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap,
agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight
Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran
arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.
2.2. Berdasarkan berat jenisnya
a. Agregat berat : agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi
b. Agregat normal : agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70. Beton dengan agregat
normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa –
40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah
(berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c. Agregat ringan : agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya digunakan
untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai
serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung udara, perlit yang
dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll (buatan).
2.3. Berdasarkan ukuran butirannya
- Batu → agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm
- Kerikil → agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm
- Pasir → agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm – 4,8 mm
- Debu (silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm
|
- Menghemat penggunaan semen Portland
- Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
- Mengurangi penyusustan pada beton
- Menghasilkan beton yang padat bila gradasinya baik.
3. Bahan Pengikat Hidrolis
Bahan
perekat hidrolis adalah suatu bahan yang apabila dicampur dengan air
akan membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut
kembali dalam air. Jadi bahan perekat hidrolis akan bersifat sebagai
perekat apabila berhubungan dengan air. Perekat hidolis yang biasa
digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
2. Kapur padam
3. Puzzolan
4. Semen Portland
3.1. GIPS
Gips
merupakan jenis batuan endapan yang terbentuk secara kimiawi dari kapur
dan sulfat yang larut dalam tanah membentuk calsium sulfat (CaSO4).
Gips yang dari alam merupakan senyawa stabil berbentuk CaSO4 2 H2O. Air
yang terkandung di dalam gips
itu bukan air bebas tetapi air yang bersatu dengan molekulnya sehingga
sifat dari gips alam adalah stabil. Apabila gips alam dipanasi pada suhu
di atas 100°C, maka sebagian air molekulnya terlepas dan membentuk
CaSO4 ½ H2O yang biasa disebut
gips hemihidrat yang mempunyai sifat tidak stabil. Pada pelepasan 11/2
H2O nya menggunakan energi panas tinggi yang tersimpan di dalam gips
hemihydrat tersebut. Gips hemihydrat yang bereaksi dengan air maka air
molekul di dalam gips kembali ke jumlah semula seperti gips alam. Akibat reaksi ini, panas yang tersimpan dalam gips hemihydrat akan dikeluarkan dan molekul-molekul gips yang terpisah (karena pembakaran) bersatu kembali ke bentuk stabil CaSO4 2 H2O. Ini berarti gips mengeras setelah
diberi air dan dapat digunakan sebagai adukan. Batuan gips (gips alam)
yang dipanasi pada suhu di atas 200°C maka air hablur yang terdapat di
dalam batuan gips akan menguap
dan gips akan sulit menarik air kembali. Gips ini mempunyai sifat yang
keras dan membatu dan tidak dapat digunakan sebagai bahan perekat pada
adukan. Gips ini disebut dengan gips anhidrat (CaSO4).
|
3.2. KAPUR
Kapur
telah dikenal dan dipergunakan orang sejak ribuan tahun lalu sebagai
bahan adukan pasangan dan plesteran untuk bangunan. Zaman dahulu
pembuatan kapur dilakukan dengan cara membakar batu kapur pada tungku-tungku sederhana. Hasil pembakaran ini kemudian dicampur dengan air dan terbentuklah bahan perekat. Pada saat
ini, kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian, industri kimia
pharmasi, industri baja, industri karet, industri kertas, industri gula,
industri semen, dll.
a. Jenis - Jenis Batu Kapur
Sifat
- sifat batu kapur sangat dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya
unsur - unsur lain. Oleh karena itu jenis batu kapur dibedakan menurut
kemurniaannya, yaitu :
a) Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsur lain < 5 %
b)Batu kapur Magnesia (CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 – 20 % magnesia magnesium karbonat.
c) Batu kapur dolomite, bila mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi < 44 %.
d) Batu kapur hidrolis, bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri dari alumina, silica dan besi.
e) Margel, batu kapur yang tercampur tanah liat didapat dalam bentuk gumpalan lunak dan mudah terlepas. Batu kapur jenis ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar semen.
f) Marmer dan batu kapur padat. Batu kapur ini mengandung bermacam - macam senyawa
lain yang mengalami metamorphose sehingga mempunyai warna bermacam
-macam, bentuk kristal berbeda - beda dan keadaannya padat dan keras.
Untuk
membedakan batu kapur dengan batuan lainnya dapat dilakukan dengan cara
meneteskan asam chloride (HCL) pada permukaan batuan tersebut. Asam
chlorida akan bereaksi dengan batu kapur, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3+ 2 HCL → CaCl2 + H2O + CO2 (gas)
3.3. POZOLLAN/TRASS
Teras
atau pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari
pelapukan mineral deposit vulkanik. Teras disebut juga dengan puzolan
karena pertama kali ditemukan oleh bangsa Roma kuno. Pada saat itu
bangsa Roma kuno membuat bangunan menggunakan bahan galian dari
permukaan bumi yang merupakan campuran halus dari debu vulkanik yang
terdapat di dekat kota Puzzuoli. Oleh karena itu, bangsa Roma menamakan
bahan galian tersebut dengan pozzolan. Teras atau puzolan mengandung unsur silika, besi dan aluminium yang tidak mempunyai sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan air dapat bereaksi dengan kalsiumhidroksida pada suhu ruangan dan membentuk senyawa yang mempunyai sifat semen,
yaitu mengalami proses pengerasan dan setelah keras tidak larut dalam
air. Suatu bahan galian diklasifikasikan sebagai teras/puzolan alam
apabila mempunyai komposisi kimia seperti yang disyaratkan oleh ASTM C 618-78.
Teras/puzolan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu teras alam dan teras buatan.
1) Teras alam, terdiri dari :
a) Batu apung, obsidian, scoria, tuf, santorin dan teras yang dihasilkan dari batuan vulkanik.
b) Teras yang mengandung silica halus, amorph yang tersebar dalam jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dicampur dengan air, kemudian membentuk silikat yang mempunyai sifat-sifat hydrolik.
2) Teras buatan, meliputi abu arang batu, terak ketel uap dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauxite.
Cara pembuatan teras sebagai bahan perekat, yaitu dengan cara menggiling langsung batuan
vulkanik atau dengan membakar kemudian menggiling lempung, batu tulis
dan tanah diatomee. Semen teras meliputi semua bahan semen yang terbuat
dari campuran teras dan kapur
yang tidak membutuhkan pembakaran. Semen teras jarang sekali digunakan
untuk pembuatan beton karena kuat tekannya rendah, tetapi biasa
digunakan untuk membuat adukan pasangan tembok, plesteran dan sebagai
bahan campuran pembuatan batako. Selain itu, semen teras juga dapat
digunakan untuk beton apabila dibutuhkan banyak semen tetapi bangunan
tersebut tidak perlu terlalu kuat. Dalam jumlah terbatas semen teras
juga digunakan untuk pembuatan beton dalam jumlah banyak yang
membutuhkan panas hydrasi rendah.
Fungsi trass yang ditambahkan pada beton adalah :
o Dapat meningkatkan workability beton
o Memperlambat pengerasan beton
o Membuat beton lebih kedap
o Meningkatkan ketahanan beton terhadap pengaruh sulfat dengan cara menghalangi terbentuknya CaSO4
o Meningkatkan ketahanan beton terhadap pengaruh alkali reaktif pada agregat.
Apabila
agregat yang mengandung alkali reaktif bertemu dengan alkali pada semen
menyebabkan beton mengembang dan pecah. Fungsi pozollan pada beton
adalah menetralisir pengaruh alkali reaktif tersebut.
3.4. SEMEN PORTLAND
Semen
Portland dibentuk dari oksida-oksida utama yaitu : Kapur (CaO), Silika
(SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3). Bahan baku untuk memperoleh
oksida-oksida tersebut adalah :
1. Batu kapur kalsium (CaCO3), setelah mengalami proses pembakaran menghasilkan kapor oksida (CaO).
2. Tanah liat yang mengandung oksida Silika (SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
3. Pasir kuarsa atau batu silica untuk menambah kekurangan SiO2.
4. Pasir besi untuk menambah kekurangan Fe2O3.
c. Proses Pembuatan Semen
Secara umum proses pembuatan semen adalah :
1. Penambangan bahan baku
2. Persiapan dan penyediaan bahan mentah/baku. Bahan baku hasil penambangan dipecah dengan mesin pemecah, digiling halus, dicampur merata dalam perbandingan tertentu yang telah dihitung sebelumnya dan dilakukan di mesin pencampur.
3. Pembakaran. Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku pembakaran dan dibakar sampai suhu 1450°C sehingga berbentuk terak.
4. Penggilingan Terak dan penambahan Gips. Terak yang sudah dingin (suhu ± 90°) digiling halus bersama-sama dengan gips.
5. Pengepakan. Dalam proses pembuatan semen ada dua macam proses, yaitu : proses basah dan kering.
PROSES BASAH, dilakukan bila bahan-bahan yang diolah dalam bentuk lunak seperti batu kapur yang bercampur lempung. Prosesnya adalah sebagai berikut :
· Tanah liat dan air diaduk kemudian dibersikan di dalam bejana dipindahkan ke bejana lain dengan kadar air 35 – 50 %.
· Batu kapur digiling di jaw dan roll crusher ditambah air kemudian diaduk dalam ballmill dengan kadar air 35 – 50 %.
· Penambahan bahan-bahan koreksi bila dibutuhkan.
· Semua bahan dicampur kemudian dimasukkan ke dalam tungku putar untuk dibakar, dimana pembakaran dilakukan secara bertahap yaitu :
· Pengeringan, suhu ±120°C.
· Pemanasan pendahuluan, suhu 120°C-850°C.
· Kalsinasi (penguraian kapur, kapur berubah susunan kimianya, karbondioksida keluar), 850°C-1100°C.
· Sintering (pelelehan), dimana pada suhu 1100°C-1450°C terjadi perpaduan diantara oksida-oksida tersebut sehingga membentuk senyawa kalsiumsilikat dan kalsiumaluminat pada terak/klinker semen.
· Pendinginan terak, suhu 1450°C-1000°C.
· Setelah dibakar maka terbentuklah klinker yang masih panas kemudian dari tungku dipindahkan ke tempat penyimpanan.
· Di tempat ini klinker dibiarkan mendingin sampai mencapai suhu < 90°C.
· Setelah itu ditimbun sampai mencapai suhu ruang.
· Ditambahkan gips asli berbentuk kalsium sulfat hidrat (CaSO42H2O) sebanyak ± 2 – 4 % kemudian digiling bersama-sama klinker dalam ballmill.
· Diayak dengan ayakan 75 mikron atau lebih halus lagi untuk semen mengeras cepat.
· Ditempatkan dalam silo-silo penyimpanan.
· Dikemas dalam kantong 50 kg.
· Didistribusikan
PROSES KERING, dilakukan jika bahan bakunya berupa batuan yang keras atau lebih keras daripada batuan yang diolah pada proses basah. Prosesnya dilakukan sebagai berikut :
· Bahan baku dipecah menjadi butiran agak halus lalu dikeringkan dalam bejana-bejana pengering.
· Bahan yang telah kering digiling halus menjadi tepung dan masing-masing bahan ini dipisahkan tersendiri, kemudian dicampur dalam perbandingan tertentu sesuai dengan perhitungan komposisi yang dikehendaki dan dicampur dalam mesin pencampur berputar.
· Bahan berbentuk tepung ini dimasukkan dalam system pembakaran yang terdiri dari :
· Dilakukan pemanasan pendahuluan pada alat Pemanas pendahuluan berbentuk “cyclone preheater” atau yang lebih modern “suspension preheater”.
· Dilakukan kalsinasi pada alat kalsinator untuk menguraikan kapur menjadi kapur oksida pada suhu 900°C.
· Dibakar pada tungku putar yang jauh lebih pendek dari tungku pada proses basah sampai terjadi leburan bahan menjadi terak/klinker semen.
· Setelah dibakar maka terbentuklah klinker yang masih panas kemudian dari tungku dipindahkan ke tempat penyimpanan.
· Di tempat ini klinker dibiarkan mendingin sampai mencapai suhu < 90°C.
· Setelah itu ditimbun sampai mencapai suhu ruang.
· Ditambahkan gips asli berbentuk kalsium sulfat hidrat (CaSO42H2O) sebanyak ± 2 – 4 % kemudian digiling bersama-sama klinker dalam ballmill.
· Diayak dengan ayakan 75 mikron atau lebih halus lagi untuk semen mengeras cepat.
· Ditempatkan dalam silo-silo penyimpanan.
· Dikemas dalam kantong 50 kg.
· Didistribusikan
Jenis-jenis semen portland
Adanya perbedaan persentase senyawa kimia semen akan menyebabkan perbedaan sifat semen. Kandungan senyawa yang ada pada semen akan membentuk karakter dan jenis semen. Dilihat dari susunan senyawanya, semen portlan dibagi dalam 5 jenis, yaitu :
1) Semen Type I, semen yang dalam penggunaannya tidak secara khusus (pemakaian secara umum). Biasanya digunakan pada bangunan - bangunan umum yang tidak memerlukan persyaran khusus.
2)
Type II, mengandung kadar C3A < 8 %. Semen yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini
digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau utnuk podasi yang tertanam di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang berhubungan langsung dengan air rawa.
3)
Type III, memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya
digiling sangat halus sehingga cepat mengalami proses hidrasi. Semen
portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase setelah pengikatan terjadi. Biasanya digunakan pada bangunan - bangunan di daerah yang bertemperatur rendah (musim dingin).
4) Type IV, kadar C3S maksimum 35 % dan C3A maksimum 5 %. Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Digunakan pada pekerjaan beton dalam volume besar (beton massa) dan masif, misalnya bendungan, pondasi berukuran besar dll.
5) Type V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada bangunan - bangunan yang selalu berhubungan dengan air laut, saluran limbah industri, bangunan yang terpengaruh oleh uap kimia dan gas agresif serta untuk pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat tinggi.
RANGKUMAN
1. Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar.
2. Agregat terdiri dari tiga macam yaitu berdasarkan asalnya, berat jenis dan ukuran butirannya.
3. Bahan
perekat hidrolis adalah suatu bahan yang apabila dicampur dengan air
akan membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak
larut kembali dalam air.
4. Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari : Gips hemihidrat, Kapur padam, Puzzolan dan Semen Portland.
|
TUGAS
Lakukan observasi ke tempat pembuatan semen portland dan buat dalam bentuk makalah !
TES FORMATIF
1. Apa yang dimaksud dengan agregat?
2. Sebutkan jenis – jenis agregat !
3. Apa saja fungsi agregat pada beton?
4. Sebutkan jenis – jenis pengikat hidrolis!
KEGIATAN BELAJAR III
BAJA
· Memahami pengertian baja bangunan
· Menjelaskan macam – macam baja bangunan
· Menjelaskan perawatan baja bangunan
|
3.1. Pengertian Baja
Baja merupakan paduan antara besi dengan elemen lain sehingga dicapai sifat-sifat yang diinginkan. Yang dimaksud dengan paduan adalah larutan padat yang homogen antara
besi dengan elemen-elemen lain yang dibutuhkan. Baja banyak digunakan
sebagai bahan konstruksi dikarenakan praktis dan mudah
pengerjaannya.Baja banyak digunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk kawat potongan yang disebut “fibre” atau metal fibre, sebagai tulangan
beton. Baja dapat diolah dan dibentuk secara mekanis menjadi pelat, pipa, batangan, profil, dll.
Baja merupakan besi dengan kadar karbon kurang dari 2 %. Baja dapat dibentuk menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan keperluan. Secara garis besar ada dua jenis baja, yaitu :
a. Baja Karbon
Baja karbon disebut juga plain karbon steel, mengandung terutama unsur karbon dan sedikit silicon, belerang dan pospor. Berdasarkan kandungan karbonnya, baja karbon dibagi menjadi :
· Baja dengan kadar karbon rendah ( < 0,2 % C)
· Baja dengan kadar karbon sedang ( 0,1%-0,5 % C)
· Baja dengan kadar karbon tinggi ( >0,5 % C)
Kadar karbon yang terdapat di dalam baja akan mempengaruhi kuat tarik, kekerasan dan keuletan baja. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka kuat tarik dan kekerasan baja semakin
meningkat, tetapi keuletannya cenderung turun. Penggunaan baja di
bidang teknik sipil pada umumnya berupa baja konstruksi atau baja
profil, baja tulangan untuk beton dengan kadar karbon 0,10% - 0,50 %.
Selain itu baja karbon juga digunakan untuk baja/kawat pra tekan dengan kadar karbon s/d 0,90 %. Pada bidang teknik sipil sifat yang paling penting adalah kuat tarik dari baja itu sendiri.
b. Baja Paduan
Baja dikatakan di padu jika komposisi unsur-unsur paduannya secara khusus , bukan baja karbon biasa yang terdiri dari unsur silisium dan mangan Baja paduan semakin banyak di gunakan. Unsur yang paling banyak digunakan untuk baja paduan , yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.
3.2. Macam – Macam Baja Bangunan
Baja paduan dapat diklasifikasikan sesuai dengan :
· Komposisi
· Struktur
· Penggunaan Komposisi
1. Berdasarkan komposisi baja paduan dibagi menjadi :
1. Baja tiga komponen : terdiri satu unsur pemandu dalam penambahan Fe dan C.
2. Baja empat komponen : terdiri dari dua unsure pemandu dst.
2. Berdasarkan struktur baja paduan dibagi atas :
1. Baja pearlit
Baja
pearlit (sorbit dan trostit), di dapat jika unsur-unsur paduan relatif
kecil maximum 5 %, baja ini mampu di mesin, sifat mekaniknya meningkat
oleh heat treatment (hardening &tempering)
2. Baja martensit
Baja martensit, unsur pemandunya lebih dari 5 % sangat keras dan sukar di mesin.
3. Baja austensit
Baja autensit, terdiri dari 10 – 30 % unsure pemadu tertentu (Mi, Mn, atau Co) misalnya : baja tahan karat (stainlees steel), non magnetic dan baja tahan panas (heat resistant steel).
4. Baja ferrit
Baja ferrit, terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si), tetapi karbonnya rendah. Tidak dapat dikeraskan.
5. Baja karbit / ledeburit
Baja karbit (ledeburit), terdiri sejumlah karbon dan unsur – unsur pembentuk karbit (Cr, W, Mn, Ti, Zr)
3. Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya baja panduan dibagi atas :
1. Baja konstruksi (structural steel)
2. Baja perkakas (tool steel)
3. Baja dengan sifat fisik khusus
Baja konstruksi, dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur pemadunya, yaitu :
· Baja paduan rendah (maximum 2 %)
· Baja paduan menengah (2 – 5 %)
· Baja paduan tinggi ( lebih dari 5 %)
Setelah
di heat treatment baja jenis ini sifat – sifat mekaniknya lebih baik
dari baja karbon biasa. Baja perkakas, di pakai untuk alat pemotong,
komposisinya tergantung bahan dan tebal benda yang dipotong/disayat pada kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan
rendah, kekerasannya tidak berubah hingga pada suhu 250 c. Baja paduan
tinggi, kekerasannya tidak berubah hingga pada suhu 600 c. Baja dengan sifat – sifat fisik khusus, dapat di bedakan sebagai berikut :
· Baja tahan karat : 0,1 – 0,45 % C ; 12 – 14 % Cr.
· Baja tahan panas :12 – 14 % Cr tahan hinggga suhu 750 – 800 c 15 – 17 % Cr tahan hingga suhu 850 – 1000 c
· Baja tahan pakai pada suhu tinggi .
23 % Cr, 18 – 21 % Ni, 2 – 3 % Si
13 % - 15 % Cr, 13 – 15 % Ni
2 % - 5 % W, 0,25 – 0,4 % Mo, 0,4 – 0,5 % C
3.3. Perawatan Baja Bangunan
Baja
tahan karat tidak memerlukan perlindungan. Semua jenis baja yang lain
jika bersentuhan dengan udara pasti menjadi rapuh ( baja itu akan
berkorosi). Untuk mencegah terjadinya korosi tersebut, baja harus diberi
pelindung. Kalau tidak dilakukan maka lambat laun baja itu akan
berkarat dan malah bisa habis sama sekali. Terutama produk baja
gilingan, sesudah penghilangan scale harus dilapisi dengan lapisan anti
karat. Penguna dapat melakukan sendiri dengan cara mengolesi produk baja
giling dengan gemuk, dengan mengecat, atau melapisi produk tersebut.
Bisa
juga bahwa pihak pabrik sudah memberikan lapisan pelindung pada produk
tersebut. Peralatan rumah tangga biasanya dilapisi dengan email (
mengkilap). Metode yang banyak digunakan untuk melindungi suatu benda
dari korosi adalah melapisi benda tersebut dengan logam lain yang tidak
akan berkarat. Yang paling banyak dipakai untuk tujuan tersebut adalah:
· Seng (disepuh dengan seng)
· Timah (disepuh dengan timah)
· Kromium (disepuh dengan kromium)
· Aluminium (terutama untuk menghindari korosi pada temperatur tinggi)
· Melapisi bajadengan aspal
Pipa
baja peka terhadap korosi dan pembentukan karat. Korosi dapat terjadi
baik di bagian luar ataupun bagian dalam dari pipa. Untuk melawan korosi
di bagian luar antara lain digunakan lapisan aspal. Pada kedua sisi las
tinggal kira – kira 150 mm tanpa lapisan. Akan tetapi, pada bagian ini
sudah ada lapisan zat perekat dari primer. Sebagai lapisan digunakan
gulungan aspal yang diperkuat dengan bahan sintetis. Rol aspal ini dapat
digulung pada pipa dengan mesin gulung tangan.
RANGKUMAN
1. Baja merupakan paduan antara besi dengan elemen lain sehingga dicapai sifat-sifat yang diinginkan.
2. Baja merupakan besi dengan kadar karbon kurang dari 2 %. Baja dapat dibentuk menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan keperluan.
3. Ada dua jenis baja yaitu: baja karbon dan baja paduan
4. Baja paduan dapat diklasifikasikan sesuai dengan Komposisi, Struktur, dan Penggunaan Komposisi
5. Baja
tahan karat tidak memerlukan perlindungan. Semua jenis baja yang lain
jika bersentuhan dengan udara pasti menjadi rapuh ( baja itu akan
berkorosi).
|
TUGAS
Buat artikel mengenai cara pembuatan baja !
TES FORMATIF
1. Sebutkan apa yang dimaksud dengan baja!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis – jenis baja!
3. Bagaimana cara perawatan baja, jelaskan secara singkat !
EVALUASI
1. Setelah kegiatan belajar berakhir, siswa diminta mengerjakan test [post test], sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan Pembelajaran dalam pembahasan materi tersebut dapat tercapai.
2. Apabila siswa dapat menjawab 70% dari soal- soal test dengan betul, berarti siswa telah mencapai Tujuan Pembelajaran dalam pembahasan materi yang disampaikan pengajar.
3. Apabila siswa telah melakukan observasi dan membuat makalah maka siswa telah mengerti materi dan praktek di lapangan.
4. Apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan materi maka siswa akan mengulangi mata pelajaran lagi/ remedial
GLOSARIUM
Fibre :serat
Higroskopik :yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban
Korosi :karat
Lapisan vineer :lembaran-lembaran kayu
Metal fibre :kawat potongan
Papan Partikel :papan yang terbuat dari partikel kayu dan perekat yang biasanya berupa perekat urea formaldehida atau phenol formaldehida, kemudian dipres panas.
Shale :tanah liat
Silt :debu
Workability :kemampuan kerja
Yumen :papan buatan yang terbuat dari serutan/limbah kayu dicampur
dengan semen kemudian dicetak dan dipres dingin.
LEMBAR JAWABAN
TES FORMATIF I
1. Sifat Fisik Kayu terdiri dari :
a. Berat Jenis
Kayu
memiliki berat jenis yang berbeda-beda, antara 0,2 (kayu balsa) sampai
1,28 (kayu nani). Berat jenis merupkan petunjuk untuk menentukan
sifat-sifat kayu. Makin berat kayu itu, kekuatan kayu makin besar. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori.
b. Keawetan alami kayu.
Keawetan kayu disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak kayu.
c. Warna kayu.
Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh : tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara.
d. Higroskopik
yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara sekitar, kayu juga semakin lembab.
e. Tekstur kayu, yaitu ukuran relatif dari sel-sel kayu.
f. Berat kayu.
Berat
suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun,
rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air dan zat ekstraktif.
g. Kekerasan.
Kekerasan kayu berhubungan dengan berat dan berat jenis kayu. lsa, dll.
h. Kepadatan/kerapatan kayu
yaitu perbandingan antara berat kering oven dengan isi (volume) dari sepotong kayu.
i. Sifat mengembang dan menyusut.
Kayu akan mengembang bila kadar airnya naik dan menyusut bila kadar airnya berkurang.
Sifat mekanik kayu meliputi :
a. Kuat tarik, yaitu kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kuat tarik kayu sejajar serat lebih besar dibandingkan kuat tarik tegak lurus serat.
b.
Kuat tekan, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban tekan. Kuat tekan
sejajar serat biasanya lebih besar dari kuat tekan tegak lurus serat.
c.
Kuat geser, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban geser. Kuat geser
sejajar serat biasanya lebih kecil dari kuat geser tegak lurus serat.
2.a. Kayu dengan tingkat pemakaian I dan II, jenis kayu yang dipakai untuk konstruksi berat, yang selalu terkena pengaruh tanah lembab, terpengaruh basah kering (hujan dan matahari).
b. Tingkat pemakaian III, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
c. Tingkat pemakaian IV, kayu yang digunakan untuk konstruksi ringan yang terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
d. Tingkat pemakaian V, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang tidak permanen (bangunan sementara).
3.
Karena pada saat ini stok untuk kayu alami terbatas dan penjualannya
sangat tinggi dengan harga yang relatif tinggi, sementara kebutuhan
masyarakt sangat meningkat untuk penggunaan kayu terutama pada furnitur.
Selain itu, kayu buatan juga dapat dijadikan alternatif untuk
pengerjaan konstruksi secara cepat.
TES FORMATIF II
1. Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar.
2. Berdasarkan asalnya
a. Agregat alam.
b. Agregat Buatan
Berdasarkan berat jenisnya
a. Agregat berat
b. Agregat normal
c. Agregat ringan
Berdasarkan ukuran butirannya
- Batu → agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm
- Kerikil → agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm
- Pasir → agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm – 4,8 mm
- Debu (silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm
3. Fungsi agregat di dalam beton adalah untuk :
- Menghemat penggunaan semen Portland
- Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
- Mengurangi penyusustan pada beton
- Menghasilkan beton yang padat bila gradasinya baik.
4. Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari : Gips hemihidrat, Kapur padam, Puzzolan dan Semen Portland.
TES FORMATIF III
1. Baja merupakan paduan antara besi dengan elemen lain sehingga dicapai sifat-sifat yang diinginkan. Yang dimaksud dengan paduan adalah larutan padat yang homogen antara besi dengan elemen-elemen lain yang dibutuhkan.
2. Baja Karbon
Baja karbon dibagi menjadi :
· Baja dengan kadar karbon rendah ( < 0,2 % C)
· Baja dengan kadar karbon sedang ( 0,1%-0,5 % C)
· Baja dengan kadar karbon tinggi ( >0,5 % C)
Paduan
Baja paduan dapat diklasifikasikan sesuai dengan :
· Komposisi
· Struktur
· Penggunaan Komposisi
Berdasarkan komposisi baja paduan dibagi menjadi :
3. Baja tiga komponen : terdiri satu unsur pemandu dalam penambahan Fe dan C.
4. Baja empat komponen : terdiri dari dua unsure pemandu dst.
Berdasarkan struktur baja paduan dibagi atas :
· Baja pearlit
· Baja martensit
· Baja austensit
· Baja ferrit
· Baja karbit / ledeburit
Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya baja panduan dibagi atas :
· Baja konstruksi (structural steel)
· Baja perkakas (tool steel)
· Baja dengan sifat fisik khusus
Baja konstruksi, dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur pemadunya, yaitu :
· Baja paduan rendah (maximum 2 %)
· Baja paduan menengah (2 – 5 %)
· Baja paduan tinggi ( lebih dari 5 %)
Baja dengan sifat – sifat fisik khusus, dapat di bedakan sebagai berikut :
· Baja tahan karat
· Baja tahan panas
· Baja tahan pakai pada suhu tinggi
3. Baja
tahan karat tidak memerlukan perlindungan. Semua jenis baja yang lain
jika bersentuhan dengan udara pasti menjadi rapuh ( baja itu akan
berkorosi). Untuk mencegah terjadinya korosi tersebut, baja harus diberi
pelindung. Kalau tidak dilakukan maka lambat laun baja itu akan
berkarat dan malah bisa habis sama sekali. Terutama produk baja
gilingan, sesudah penghilangan scale harus dilapisi dengan lapisan anti
karat. Penguna dapat melakukan sendiri dengan cara mengolesi produk baja
giling dengan gemuk, dengan mengecat, atau melapisi produk tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar